Suraidi Sipan (b. 1950)
1. BIOGRAPHY
2. CRITICAL INTRODUCTION
3. SELECTED PUBLICATIONS
4. SELECTED POEMS
Nyanyi puisi [The Song of Poetry]
Ballada lewat senja [An Evening Ballad]
Dimana kau sukmaku [Where Are You, My Soul]
Di sini di benua sendiri [Here in its Own Land]
5. SELECTED VIDEOS
SELECTED POEMS
Ballada lewat senja
Ketibaannya pada lewat senja
dengan mulut terkucur darah
dan di dadanya terbenam sebilah belati tua
dari sejuta kedustaan umatnya.
Sambil merentasi desah angin keras yang sisa
dia terus menghela nafas usia kelahirannya
dari degup-degup kemanusiaan.
Dia yang terkucur darah dari mulutnya
rebah dalam kepucatan wajah
di atas hamparan rumputan kering lata
dan bungabunga lalang yang gugur berserakan
oleh keresahan nafas bicara
menampari lembut pada wajahnya
dan tibatiba
senja yang terutus dari celahan keharuman cempaka
telah ditimpa celaka
bila
rebut dendam dari utara
membawa bersama ratusan burungburung gagak menggila
yang lapar dengan mata bernyala bagai bara api
menjilat rakut akan tubuhnya
dalam timbunan kepahitan warna senja
dan
bulan merah di puncak pohon kelapa
mula membahangi tubuh yang luka dari belati tua berbisa
bila malam melewatinya
dengan membawa bersama satu perkabungan
seluruh senja.
by Suraidi Sipan
from Debudebu jalanan (1984)
An Evening Ballad
He arrived in the late evening
with a bleeding mouth
and an old dagger in his chest
from the lies of a million people.
While crossing the strong wind
he then sighed his age
of the beats of humanity.
He who’s mouth bleeds
collapsed with a pale face
on a bed of dry grass cascades
and lalang flowers scattered
by the breath of anxiety
gentle slap on the face
and suddenly
nightfall between the cempaka’s fragrance
being cursed
when
revenge towards the north
brought together hundreds of crazy crows
hungry with eyes like burning coals of fire
licking its body
in the bitter evening
and
the red moon is at the top of the coconut tree
starting to heat the injured body from
the old venomous dagger
when the night passes
along with
mourns
throughout dusk.
by Suraidi Sipan
translated from the Malay by Nur Diyanah Razali
from Debudebu jalanan (1984)